Rabu, 02 September 2020

Mengidentifikasi Pelaku dalam Teks Anekdot

Negeri Seribu Satu Larangan, itulah julukan yang kepada negara Singapura. Di tempat umum dan kawasan wisata terpampang jelas segala yang dilarang. Misalnya saja tidak boleh meludah dan membuang permen karet sembarangan. Jangan coba-coba melanggar, karena di tempat-tempat tertentu sudah ada aparat keamanan yang tidak terduga. Jangan dikira petugas di sana pakai seragam polisi, nyatanya kebanyakan berpakaian seperti kita – orang biasa. Selain itu CCTV dipasang di mana-mana. Jadi Anda ingin berkunjung ke singapura, pastikan Anda sudah mempelajari aturan yang ada di tempat ini.

Tertib aturan adalah sebuah kebiasaan baik. Antrian adalah salah satu budaya yang ada di Singapura. Demikian juga dengan tepat waktu, sebuah hal yang tidak dapat ditawar. Jangan heran jika orang-orang di Singapura terbiasa berjalan cepat meskipun sudah ada di eskalator. Banyak orang yang memarkirkan motor dan sepeda di dekat pasar, pusat perbelanjaan dan toko-toko. Sepertinya Indonesia tidak butuh perlakuan secara halus, perlu ada ketegasan seperti negara Singapura ini. Lihat saja papan-papan pengumuman mengenai larangan di negeri yang satu ini. Aturannya sangat wow sekali. Seharusnya Indonesia dapat mencontoh tindakan yang dilakukan di negara Singapura.

Puntung Rokok
Singapura termasuk salah satu negara yang bersih. Siapa pun yang membuang sampah sembarangan bisa didenda meskipun hanya membuang puntung rokok. Suatu ketika si Azam sedang berlibur, tetapi tampaknya ia tak tahu akan adanya peraturan itu. Ia merokok sendirian sambil duduk di bangku. Karena rokoknya sudah hampir habis, ia membuang puntung rokoknya begitu saja dan jatuh persis di sisi kaki kanannya.

Tanpa disangka-sangka, tiba-tiba datang petugas dan menegur Azam dengan suara tegas.
“Tahukah Anda bahwa Anda telah melakukan pelanggaran?”

“Tidak tahu. Apa gerangan yang telah saya perbuat?” Jawab Azam.

“Anda telah membuang sampah sembarangan, yaitu puntung rokok,” tegas petugas itu.

Dengan sigap Azam menjawab, “Oh…, maaf terjatuh.” Lalu, diambilnya puntung rokok itu serta langsung diisapnya lagi.

Petugas itu hanya terbelalak keheranan. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Azam.

Dari teks anekdot di atas kita dapat mengetahui Azam adalah seorang laki – laki yang sedang berlibur ke Singapura. Pada saat itu dia sedang merokok di taman kota. Karena rokoknya hampir habis dia sengaja membuang putung rokok itu tidak pada tempatnya. Teks anekdot di atas menyindir orang yang tidak tertib dalam membuang sampah sembarangan.

Azam mengelabui petugas dengan mengambil kembali dan menghisap putung rokok yang sudah ia buang. Petugas yang tidak tau akan hal itu dan hanya terbelalak keheranan dan langsung pergi meninggalkan Azam.

StrukturKalimat
AbstraksiAzam pergi ke Singapura untuk berlibur. Di negara itu diberlakukan peraturan kebersihan secara ketat. Orang tidak boleh membuang sampah sembarangan.
OrientasiDengan santai Azam merokok dan membuang puntung rokoknya begitu saja di sampingnya.
KrisisPerbuatan Azam diketahui oleh petugas, lalu ia ditegur dengan suara keras.
ReaksiDengan spontan Azam mengambil puntung rokoknya kembali, lalu dihisapnya lagi sambil mengucapkan kata “maaf” bahwa rokoknya terjatuh.
KodaPetugas terbelalak, tetapi tidak dapat berbuat apa – apa dan pergi meninggalkan Azam.

Teks Monolog "Puntung Rokok"
Teks monolog merupakan teks yang berisi percakapan aktor seorang diri. Teks anekdot dapat diubah ke dalam bentuk monolog dengan cara mengubah semua kalimat tidak langsung pada dialog menjadi kalimat-kalimat langsung.

Langkah-langkah mengonversi teks anekdot menjadi teks monolog dengan cara membaca teks dengan seksama. Cermatilah apa yang dikatakan oleh tokoh utama dan tokoh yang lain. Perhatikan kalimat langsung yang ada dalam teks anekdot.

Ciri kalimat tidak langsung adalah tidak menggunakan tanda petik, bentuk kalimat berita, dan menggunakan kata ganti orang ketiga: ia, -nya, mereka. Sedangkan ciri kalimat langsung adalah sebagai menggunakan tanda petik, bentuk kalimat adalah kalimat tanya, perintah, ajakan, seru, maupun larangan, dan menggunakan kata ganti orang pertama dan kedua: saya, kamu, kami

Teks anekdot "Puntung Rokok" setelah diubah menjadi teks monolog seperti contoh di bawah ini.
Suatu ketika ada seorang laki – laki yang bernama Azam. Saat itu dia sedang pergi ke Singapura untuk berlibur. Nampaknya dia tidak tahu bahwa Singapura terkenal dengan sebutan negeri seribu aturan. Dia sedang merokok sendirian sambil duduk di bangku taman. Karena rokoknya sudah mau habis, dia membuang putung rokoknya begitu saja dan terjatuh tepat di sisi kanan kakinya. Tanpa dia sangka ada seorang petugas yang memperhatikanya dan kemudian menegur Azam dengan suara yang sangat tegas. Akan tetapi dia mengelak jika putung rokok itu adalah miliknya. Petugas itu terbelalak kebingungan ketika melihat putung rokok itu diambil Azam dan dihisap lagi. Dengan merasa keheranan petugas itu kemudian pergi meninggalkan Azam.